Antara Jalan Bahagia dan Jalan Sengsara


Ketika manusia diciptakan, takdir kehidupannya telah ditentukan, apakah ia akan menikmati kebahagiaan atau menghadapi kesengsaraan.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ

“Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama 40 hari sebagai setetes mani (nuthfah), kemudian menjadi setetes darah (‘alaqah) selama itu (40 hari juga), kemudian menjadi segumpal daging (mudhgah) selama itu (40 hari juga). Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat, maka ditiupkan padanya ruh dan diperintahkan (oleh Allah) dengan menetapkan empat perkara, yaitu: rezekinya, ajalnya, amalnya dan celakanya atau bahagianya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Rahasia kebahagiaan dan penderitaan seorang hamba adalah takdir Allah. Kita tidak dapat memperoleh gelar sebagai individu paling bahagia, karena kebahagiaan memiliki tanda-tandanya sendiri.

Allah telah memberikan titipan berupa syariat-syariatNya sebagai kunci kebahagiaan bagi manusia di dunia. Semua peraturan Allah menjadi pedoman bagi seorang hamba dalam mencapai kebahagiaan. Semakin seseorang berpegang teguh pada syariatNya, kebahagiaan akan menyelimuti dirinya. Sebaliknya, menjauh dari syariat Allah akan membuat kebahagiaan itu terlepas.

Orang-orang bahagia, yaitu para nabi, rasul, dan pengikut setia mereka, dijadikan sebagai teladan untuk manusia dalam meniti jalan kebahagiaan. Di sisi lain, Allah menciptakan orang-orang celaka sebagai ujian bagi mereka yang mengikuti jalan orang-orang bahagia. Orang-orang celaka bukan hanya melakukan perbuatan buruk, tetapi juga berupaya mengajak orang lain untuk mengikuti jalan kecelakaan dan meninggalkan kebahagiaan.

Oleh karena itu, kita perlu menyadari pentingnya jalan kebahagiaan ini dan meletakkannya di atas segala kepentingan lainnya. Bagaimana kita dapat menghiasi diri dengan syariat-syariat Allah? Cara terbaik adalah melalui belajar ilmu agama, kemudian diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dimulai dari diri sendiri, lalu ke keluarga, dan akhirnya membentuk masyarakat yang penuh berkah dan bahagia.

(Catatan tausiyah shubuh bersama Al Ustadz Abdurrahman Lombok di Mahad Riyadhul Jannah, 3 Dzulqadah 1443H)

Silahkan dibagikan...
WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE